Kualitas dan Level Buku Komputer
Kita semua umumnya ingin buku yang kita beli mempunyai mutu yang bagus, terutama dari segi isi / content. Di sisi lain, kita sering latah membeli buku best-seller tanpa peduli dengan isinya apakah sesuai dengan kebutuhan kita, apakah bermutu bagi kita.
Buku yang bermutu belum tentu menjadi best-seller dan sebaliknya buku best-seller pun belum tentu bermutu, semua tergantung dari selera pasar dan kecerdikan marketing dalam memasarkan buku tersebut.
Frekuensi penerbitan buku yang sangat tinggi membuat marketing harus cerdik dalam memanfaatkan situasi dan kondisi yang ada. Umumnya lifetime sebuah ‘new release‘ tidak berlangsung lama, sekitar 2 minggu saja, setelah itu buku tersebut akan dipindahkan ke bagian ‘old release‘, bergabung dengan buku lain yang telah datang sebelumnya. Padahal tidak semua pengunjung datang ke toko buku setiap minggu sekali. Dengan demikian marketing harus jeli untuk memilih buku apa saja yang akan ia tempatkan pada bagian ‘new release‘. Nah terkadang justru buku yang bermutu tidak dimasukkan dalam bagian ‘new release‘, melainkan langsung ditempatkan bercampur dengan buku ‘old release‘ karena kuantitas sasaran yang dibidik sangat kecil, hal ini akan berbeda sekali apabila sasaran yang dibidik cukup luas, misalnya untuk tingkat pemula atau pemrograman Visual Basic. Coba bandingkan jumlah buku yang membahas C#.
Beralih ke segmentasi tingkatan isi buku, karena buku sebagai salah satu sumber untuk meningkatkan khasanah keilmuan kita, tentunya, dalam membeli buku, disamping harus memperhatikan kualitas isi buku, kita juga harus memperhatikan tingkatan atau level buku tersebut. Salah satu buku yang baik adalah menyertakan sasaran tingkatan pembaca buku, apakah pemula, menengah atau mahir. Dengan dicantumkannya sasaran pembaca buku, maka diharapkan calon pembeli buku dapat menyeleksi, apakah buku tersebut sesuai dengan tingkat keilmuan yang dimiliki. Jangan sampai kita salah membeli buku yang isinya diluar kemampuan kita, atau jangan sampai kita membeli buku yang isinya sudah kita pahami.
Namun, tingkatan tersebut bersifat relatif dan bias, tidak semua penulis buku dan pembaca mempunyai kesamaan dalam menentukan tingkatan bahasan suatu buku. Ada kalanya Buku A dianggap oleh M ditujukan untuk pemula, namun menurut anggapan N, buku tersebut ditujukan untuk pembaca menengah. pada akhirnya tingkatan bahasan buku tergantung dari interpretasi penulis dan pembaca buku.
Perbedaan interpretasi ini sedikit mengganggu proses peningkatan keilmuan kita. Idealnya, kita mempelajari buku dengan tingkat bahasan pemula. Seiring dengan latihan dan kreativitas, seharusnya kita membaca buku tingkatan menengah. Selanjutnya dengan bertambahnya pengalaman dan kematangan terhadap bidang ilmu yang kita kuasai, seharusnya kita membaca buku tingkatan mahir atau expert. Nah jika interpretasi kita terhadap tingkatan suatu buku kurang tepat, maka proses peningkatan ilmu kita tidak dapat berjalan dengan mulus. Jika ternyata tingkatan buku yang kita baca masih di atas kemampuan kita, maka kita akan mengalamai kesulitan dalam memahami isi buku tersebut, seakan terdapat gap yang memisahkan ilmu kita. Nah jika tingkatan buku ternyata sudah kita pahami, maka kita tidak mendapatkan peningkatan ilmu yang memadai. Dengan demikian, meneliti isi suatu buku
sebelum membeli merupakan hal yang penting, jangan sampai kita membeli buku di dalam karung.